Kamis, 16 Juni 2016

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU SOSIAL

1. Pengertian Religiusitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional
(2008), agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Menurut Hadikusuma
(Amrullah, 2008), agama sebagai ajaran yang diturunkan oleh Tuhan sebagai petunjuk
bagi umat dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan Ishomuddin (Amrullah, 2008)
menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti
bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan
dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi
mereka yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual. Berdasarkan definisi
definisi yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa religi adalah
keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang membimbing tindakan seseorang
terhadap Tuhan, orang lain dan dirinya sendiri.
Berdasarkan istilah religi kemudian didapatkan istilah religiusitas. Religiusitas
menurut Mangunwijaya (1986) merupakan aspek yang telah dihayati oleh individu di
dalam hati, getaran hati nurani pribadi dan sikap personal. Sedangkan menurut Nashori
dan Mucharam (2002), religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan
atas agama yang dianutnya. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan
tersebut disimpulkan bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai internalisasi agama
dalam diri seseorang yang terlihat melalui pengetahuan dan keyakinan seseorang akan
agamanya serta dilaksanakan dalam kegiatan peribadatan dan perilaku kesehariannya.
2


2. Pengertian Perilaku Sosial 

     Menurut Rusli Ibrahim (2001), Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain, dimana saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. 

    Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.

3. faktor pembentuk prilaku sosial
            1. Faktor Lingkungan 

     Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata. 

2. Perilaku dan karakteristik orang lain 

     Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan. 

3. Tatar Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi 

     Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. 

jadi hubungan dari Religiusitas dengan Prilaku Sosial itu saling berhubungan satu sama lain dimana Prilaku sosial dapat terbentuk karna adanya juga hubungan religiusitas dan begitupun sebaliknya prilaku sosial juga terbentuk karna adanya juga hubungan religiusitas, Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan, bisa juga adanya salign menghormati satu sama lain dan saling menghargai umat yang berbeda suku , ras , adat , dan agama.

4. Proses Kognitif 


     Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjaskes maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.