1.
Pengertian Religiusitas
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional
(2008),
agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Menurut Hadikusuma
7
(Amrullah,
2008), agama sebagai ajaran yang diturunkan oleh Tuhan sebagai petunjuk
bagi
umat dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan Ishomuddin (Amrullah, 2008)
menyebut
agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti
bahwa
semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi
untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan
dan
nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi
mereka
yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual. Berdasarkan definisi
definisi
yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa religi adalah
keyakinan,
sistem nilai dan sistem perilaku yang membimbing tindakan seseorang
terhadap
Tuhan, orang lain dan dirinya sendiri.
Berdasarkan
istilah religi kemudian didapatkan istilah religiusitas. Religiusitas
menurut
Mangunwijaya (1986) merupakan aspek yang telah dihayati oleh individu di
dalam
hati, getaran hati nurani pribadi dan sikap personal. Sedangkan menurut Nashori
dan
Mucharam (2002), religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan,
seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan
atas
agama yang dianutnya. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan
tersebut
disimpulkan bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai internalisasi agama
dalam
diri seseorang yang terlihat melalui pengetahuan dan keyakinan seseorang akan
agamanya
serta dilaksanakan dalam kegiatan peribadatan dan perilaku kesehariannya.
2
2. Pengertian Perilaku Sosial
Menurut Rusli Ibrahim (2001), Perilaku sosial adalah suasana
saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan
manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai
diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari
orang lain, dimana saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang
lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana
saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.
Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek
eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial
diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain setiap situasi yang
menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai situasi
sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat,
atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.
3. faktor pembentuk
prilaku sosial
1. Faktor
Lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang
terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula,
ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam
bertutur kata.
2. Perilaku
dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang
memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya.
Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia
akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang
peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku
sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam
mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.
3. Tatar Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu
mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan
masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.
jadi
hubungan dari Religiusitas dengan Prilaku Sosial itu saling berhubungan satu
sama lain dimana Prilaku sosial dapat terbentuk karna adanya juga hubungan religiusitas
dan begitupun sebaliknya prilaku sosial juga terbentuk karna adanya juga
hubungan religiusitas, Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia
berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan, bisa juga adanya
salign menghormati satu sama lain dan saling menghargai umat yang berbeda suku
, ras , adat , dan agama.
4. Proses
Kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan
pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh
terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir
agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi
atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan
memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang
siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam
pembelajaran penjaskes maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas
jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung
teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.